Surat Terbuka Sebagai Reaksi Atas Mahalnya Telur Asin di Burjonan

Beberapa hari yang lalu, dunia pergembelan dikejutkan oleh cerita dari seorang gembel (saya sendiri) yang makan siang di sebuah burjonan di daerah sekitar Klebengan, Jogja. Sebuah kawasan yang lumayan padat, dengan kerataan tanah yang tidak simetris, dan memiliki pepohonan yang mulai jarang. Tapi bukan kuburan Belanda.
Jadi ceritanya seperti biasa, saat jam sudah menunjukan lebih 12.00, saat adzan Dzuhur sudah berkumandang, dan saat Matahari sudah pada tempatnya, berarti acara infotainment Silet sudah bubar (lho, kok malah Silet) , ehm.. jadi kalau siang-siang gitu, dimana saja pasti orang-orang akan makan siang. Kalau ada yang bilang mau makan malam pada saat itu, baiknya kita hajar saja, yang begitu halal dibunuh.
Nah, seperti biasa pula, setelah berunding ganteng dengan beberapa teman (baca: 2 orang, Iqbal dan Gilang) akhirnya dengan mengucap basmallah. Kami pun sepakat untuk makan diburjonan tersebut.. kamipun berangkat tanpa perasaan buruk, tanpa firasat aneh, dan tanpa ragu, tapi harus bawa dompet.
Dengan ke-elegan-itas alami saya, saya mulai ngambil piring-ngambil nasi-ngambil sayur-milih lauk (yang murah, tentunya)-dan makan dengan perasaan ceria. Berhubung yang paling murah (gorengan) sudah kosong, saya pun milih telur asin, lalu makan dengan penuh wibawa. Tanpa merasakan tanda-tanda aneh bahwa akan timbul satu kejadian buruk yang segera menimpa saya dalam 10 menit kedepan.
Setelah selesai makan dan sedikit basa-basi khas pria sejati. Lalu saya membayar ke mas-masnya. Saya bilang “nasi-sayur-telur asin”, lalu dijawabnya “Rp 7.500 mas!” saya sempat ngulangi kata-kata saya “mas, nasi-sayur-telur asin” dan masnya pun juga mengulangi “iya mas, Rp 7.500”..
Saat itu, saya benar-benar shock, langit seakan-akan runtuh. Ini kalau  ada dalam adegan sinetron, pasti akan dilanjutkan dengan keadaan sekeliling tubuh yang berputar-putar keatas, sambil diiringi backsound musik genderang keras sekali, lalu dengan kamera zoom in, saya bilang ke masnya “ AAPHHAH??!”..
Tapi berhubung ini bukan sinetron, saya cukup mengeluarkan kata “oh, yowes mas” sambil mengeluarkan duit dari dompet dan membayarnya. Sambil tetap membatin kata-kata umpatan dan pisuhan tulus dari dalam hati.. masak harga makan cuma selisih tiga hari dari Rp 5.500, bisa langsung naik jadi 7.500 dengan menu sama..
APAKAH MUNGKIN FLUKTUASI HARGA TELUR ASIN segitu parahnya?? Ataukah ini ulah broker (pialang) bursa efek jakarta dalam permainan di bursa saham gabungan Asia Tenggara, sehingga indeks pasar saham jadi tidak menentu dan secara signifikan merugikan ekonomi makro.. sehingga berpengaruh pada harga satu telur asin.. entahlah, hanya Tuhan, dan mas-masnya yang tau.
Tapi, dengan adanya realitas seperti ini, saya sebagai mahasiswa pendidikan geografi., harus lebih kritis dalam menanggapi setiap fluktuasi yang terjadi, termasuk harga telur asin (entah, nyambungnya antara geografi dengan telur asin dimana).. maka dari itu, dibawah ini saya akan buat surat terbuka pada segenap pemilik warung makan dimanapun berada (khususnya yang ada telur asinnya), kepada pemilik usaha telur asin, kepada yang terhormat Menteri Perindustrian dan Perdagangan, serta kepada Menteri Urusan Anak Kos dan Terlantar (kalau ada).

Dan.. yak, ini dia suratnya:

SURAT TERBUKA SEBAGAI REAKSI ATAS NAIKNYA HARGA MAKAN DALAM SELISIH 3 HARI DI BURJONAN KLEBENGAN
Kepada. Yth bapak-ibu pemilik burjonan yang ada telur asinnya, pemilik usaha telur asin, dan pecinta sejati telur asin.
Tembusan pada
Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Bapak Gita Wirjawan
Dan Menteri Urusan Anak Kos dan Anak Terlantar (kalau ada)
Di Tempat.
Dengan hormat,
Selamat malam bapak ibu sekalian yang terhormat , apa kabar? Mungkin bapak Ibu semua tidak kenal saya, karena saya tidak kenal sama bapak Ibu. Mungkin bapak-Ibu malah kenal sama Joko, tukang cukur di depan rumah nenek saya, nah itu dulu sahabat karib saya.. kita dulu sering main layangan bareng, sampai akhirnya dia transmigrasi ke Kalimantan Tenggara. Baik sekali si Joko itu, gampang diutangi. Mungkin bapak-Ibu juga kehilangan Joko, saya dengar dia termasuk tukang cukur yang baik hati. Ehm.. maaf, saya jadi ngelantur, soalnya ini pertama kali saya menulis surat untuk orang banyak dan dengan tembusan seorang Menteri. Saya baru punya satu pengalaman dalam menulis surat, yaitu surat buat ijin sakit di SMP dulu, itupun suratnya palsu..
Maksud saya menulis surat ini adalah ingin berbagi hasil analisa saya terhadap naiknya harga telur asin di burjonan . Naiknya harga tersebut, bukanlah karena kurangnya produksi telur lokal, seperti yang diberitakan di koran-koran. Ya, bukan. Pasti bapak-ibu dan bapak menteri juga kaget kan? Saya juga. Nenek saya kaget. Adik saya kaget. Ibu saya juga kaget, tapi kalo ibu saya kaget melihat di RCTI kok sinetron Tukang Bubur Naik Haji belum mulai, padahal sudah jam tujuh malam..
Langsung saja saya beritahukan kepada anda semua, penyebab naiknya harga telur asin adalah: band KUFAKU.
Ya, mungkin bapak-Ibu terkaget-kaget. Mungkinjuga tidak percaya. Memang, saya juga kaget ketika saya mengetahui fakta ini. Apa hubungan KUFAKU Band dengan harga telur asin? Setelah di teliti, ternyata mayoritas pekerja di pabrik telur asin dan juga pekerja di distributor telur asin terinspirasi oleh meledaknya pamor KUFAKU Band yang berangkat dari anak muda alay sedikit nakal yang biasa-biasa saja. Mereka pun beramai-ramai main band, berharap juga jadi terkenal. Mereka pun berhenti bekerja di pabrik telur asin.
Hal ini sangat berimbas terhadap perekonomian kita: supply telur asin di pasaran jadi berkurang karena tingkat produksinya menurun drastis, karena supply berkurang, harga menjadi naik (sesuai dengan hukum ekonomi). Supaya gampang, berikut grafik yang saya siapkan untuk menjelaskan fenomena ini:
 pengaruh kemunculan KUFAKU Band terhadap harga tahu/tempe
Kurva supply sebelum ada KUFAKU Band (S’) bergeser menjadi S. Sedangkan, kurva demand (D) tetap. Imbasnya: kuantitas turun, harga naik. Bisa kita lihat, ternyata kehadiran KUFAKU Band secara otomatis berpengaruh besar terhadap kenaikan harga telur asin. Menarik sekali, bukan?
Harap diketahui, saya penggemar berat KUFAKU Band. Saya tidak ada maksud untuk memojokkan KUFAKU Band. Saya bahkan hapal nama personil KUFAKU band.. oh sebentar, ternyata pencarian di google saya gagal loading, oke, saya nggak hapal namanya.
Demikian tadi sedikit pemaparan saya, semoga menjadi bahan pertimbangan untuk kebijakan-kebijakan ekonomi yang akan datang. Solusi terakhir saya untuk menghadapi krisis harga telur asin ini cukup simpel: nikahkan saya dengan salah satu personil JKT48. Saya tidak tahu apakah harga telur asin akan turun, tapi yang jelas saya akan sangat bahagia.
Dan, ya.. sekian surat saya.
Hormat saya,
Wisnu Putra Danarto (ketua forum komunikasi gembel kampus)
Warga Negara yang Peduli Nasib Janda-janda Muda
NB: ini nih kalau mau melihat KUFAKU BAND 🙂
 

Published by

wisnu putra danarto

mantan ketua panitia lomba balap karung

Leave a comment